Selasa, Maret 31, 2009

??????????

ternyata setelah orang itu pergi n g da disamping kita,,
kita baru menyadari y kalo orang itu bener2 penting bagi kita...

jika para pasangan merasa nyaman dengan hubungan itu...
nah dalam sebuah hubungan pasangan harus saling peduli,
saling perhatian n yang penting saling menyayangi,,
n ,harus saling percaya satu sama lainnya...

kalo salah satu dari pasangan itu dah g nyaman dengan tingkah laku pasangan itu,,
maka hubungannya g akan bertahan lama,,
walopun bertahan itu mungkin menjadi hubungan yang g baik..


*hubungan yang banyak terjadi masalah,,
n ujung2nya akan terjadi perkengkaran yang hebat,,
n mungkin menyakitkan juga..

kebanyaan seorang cow paling tidak senang dikekang ato diacuhkan...
cew juga sama koq..
cuma sikonnya aja yang berbeda..

Senin, Maret 30, 2009

Rama - Saat - Saat Terindah

Saat kau hadir dalam hidupku
Terasa Indah
Hanya Bayangmu Menyentuh Jiwa
Temani Sepi
Kini Semua Cinta mu t’lah pergi
Meninggalkan diriku
Dalam Kehampaan
Sendiri…
Waktu terus berjalan dan memberi perih di hati
Hanya rindu yang aku dapati bukan cintamu
Kini baru aku menyadari
Kau begitu berarti di dalam hidupku ini…

*Saat - saat yang indah
Saat masih bersamamu
Waktu kita berdua
Dan mewarnai dunia
Semua yang telah berlalu
Kini teringat lagi
Kini terkenang lagi
Ku ingin kembali…3x
Hanya rindu yang aku dapatkan bukan cinta mu
Meski kini kau tak mencintai dirku lagi
Kini baru aku menyadari kau begitu berarti
Di dalam hidupku ini…

Arti sebuah pernikahan

Pernikahan adalah sebuah institusi yang menyatukan dua individu dalam satu misi dan visi kehidupan. Visi dan misi masing-masing pribadi bisa jadi berbeda. Oleh karenanya perlu sinkronisasi. Butuh kesabaran dan keikhlasan dalam melakukan proses sinkronisasi. Kelebihan dan kekurangan saling melengkapi. Kelapangan dada harus dikedepankan dibandingkan ego pribadi. Memulai terlebih dahulu untuk berusaha memahami cara pandang yang berbeda. Ketika perbedaan dan friksi muncul, berusaha untuk berbicara dengan kepala dingin, meredam emosi dan gejolak jiwa. Menghindari debat kusir dan mengedapankan diskusi.

Potensi kebaikan yang ada pada tiap-tiap pribadi disatukan dalam sebuah pernikahan. Ketika lemah, yang lain menguatkan.. Ketika sedih, yang lain menghibur.. Ketika lalai atau lupa, yang lain mengingatkan.. Ketika kesulitan, yang lain membantu..

Jumat, Maret 20, 2009

motivation


.:: motivasi ::.

Pada suatu pagi hari di sebuah musim
gugur, tampak seorang anak bekerja
menyapu halaman luar sebuah asrama.
Pohon-pohon yang rindang di sekitar situ
tampak berguguran daunnya. Walaupun
bekerja dengan rajin dan teliti menyapu
dedaunan yang rontok, tetap saja halaman
dikotori dengan ranting dan daun.

"Aduh capek deh. Biarpun menyapu dengan
giat setiap hari tetap saja besok kotor
lagi. Bagaimana caranya ya supaya aku
tidak harus bekerja terlalu keras setiap
hari?" sambil masih memegang sapu, si
anak sibuk memutar otak memikirkan cara
yang jitu.

Kepala asrama yang melintas di situ
menghampiri dan menyapa, " selamat pagi
Anakku, kenapa kamu melamun ? Apa
gerangan yang sedang kamu pikirkan?"
"Eh, selamat pagi paman. Saya sedang
berpikir mencari cara bagaimana supaya
halaman ini tetap bersih tanpa harus
menyapunya setiap hari. Dengan begitu
kan saya bisa mengerjakan yang lain dan
tidak harus melulu menyapu seperti
sekarang ini".

Sambil tersenyum si paman menjawab,
"Bagaimana kalau kamu coba menggoyangkan
setiap pohon agar daunnya jatuh lebih
banyak. Siapa tahu, dengan lebih banyak
daun yang gugur, paling tidak besok
daunnya tidak mengotori halaman dan kamu
tidak perlu menyapu". "Wah ide paman
hebat sekali!" segera dia berlari
mendekat ke batang pohon dan
menggoyang-goyangkan sekuat tenaga.
Semua pohon diperlakukan sama, dengan
harapan, setidaknya besok dia tidak
perlu menyapu lagi. "Lumayan bisa
istirahat satu hari tidak bekerja",
katanya dalam hati dengan gembira.

Malam hari si anak pun tidur dengan
nyenyak dan puas. Ketika bangun keesokan
harinya, cepat-cepat dia berlari keluar
kamar. Seketika harapannya berubah
kecewa saat melihat halaman yang kembali
dipenuhi dengan rontokan daun-daun. Saat
itu pula paman sedang ada di luar dan
memperhatikan ulah nya sambil berkata "
Anakku , musim gugur adalah fenomena
alam. Bagaimanapun kamu hari ini bekerja
keras menyapu daun2 yang rontok, esok
hari akan tetap ada daun-daun yang
rontok untuk di bersihkan, Kita tidak
bisa merubah kondisi alam sesuai dengan
kemauan kita. Daun yang harus rontok,
tidak bisa ditahan atau dipaksa rontok.
Maka jangan kecewa karena harus bekerja
setiap hari. Nikmati pekerjaanmu dengan
hati yang senang , setuju?" kata si
paman memberikan sebuah pelajaran hidup
yang begitu berarti. "Setuju paman.
Terima kasih atas pelajarannya", segera
dia berlari menghampiri sapunya.

hai para pembaca yang baik...

Kalau kita bekerja dengan suasana hati
yang tidak gembira , maka semua
pekerjaan yang kita lakukan akan terasa
berat dan mudah timbul perasaaan bosan.

Pepatah mandarin mengatakan


Selesaikan pekerjaaan hari ini dengan
baik, besok masih ada pekerjaan baru
yang harus diselesaikan.

Kalau kita telah mampu menikmati setiap
pekerjaan dgn penuh kesadaran dan
tanggung jawab. maka setiap hari pasti
menjadi hari kerja yang membahagiakan
dan setiap besok menjadi harapan yang
menggairahkan. Sehingga kita boleh
dengan bangga mengatakan bahwa Bekerja
adalah ibadah...

Senin, Maret 16, 2009

Hari Suci NYEPI




  1. Pendahuluan.
    1. Pengertian
      Hari raya Nyepi adalah perayaan hari tahun baru saka yang jatuh pada penanggal apisan sasih Kedasa (eka sukla paksa Waisak) sehari setelah tilem Kesanga (panca dasi Krsna Paksa Caitra).
    2. Hakekat.
      Penyucian bhuwana agung dan bhuwana alit (makro dan mikrokosmos) untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin (jagadhita dan moksa), terbinanya kehidupan yang berlandaskan satyam (kebenaran), siwam (kesucian), dan sundaram (keharmonisan/ keindahan).

  2. Latar belakang sejarah.
    1. Penobatan Raja Kaniskha I.
      Tahun baru çaka mulai diresmikan pada penobatan raja Kaniskha dan dinasti Kushana pada tahun 78 Masehi.
    2. Tahun çaka di Indonesia.
      Pada zaman dahulu, berdasarkan berbagai daftar prasasti hanya dikenal tahun çaka saja. Menurut Negarakertagama, pada zaman Majapahit pergantian tahun çaka (bulan Caitra ke Waisaka) dirayakan secara besar-besaran.

  3. Rangkaian hari raya Nyepi.
    1. Melasti.
      Melasti disebut juga melis atau mekiyis bertujuan untuk melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci (angemet tirta amerta) untuk kehidupan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber/ mata air yang disucikan. Bagi pura yang memiliki pratima atau pralingga seyogyanya mengusungnya ke tempat patirtan tersebut di atas. Pelaksanaan secara ini dapat dilakukan beberapa hari sebelum tawur.
    2. Tawur.
      Upacara tawur bertujuan untuk menyucikan dan mengembalikan keseimbangan bhuwana agung dan bhuwana alit baik sekala maupun niskala. Upacara ini dilakukan pada sandikala (pagi, tengah hari, sore). Tilem Caitra, sehari sebelum hari raya Nyepi.
      Catatan :
      Ketentuan upakara atau sesajen melasti dan tawur di atas melengkapi ketetapan- ketetapan pelaksanaan Nyepi terdahulu, yang disesuaikan dengan desa, kala, patra, (daerah/ tempat, waktu, dan keadaan).
    3. Hari raya Nyepi.
      Sesuai dengan hakekat hari raya Nyepi maka umat Hindu wajib melaksanakan catur brata nyepi.
    4. Ngembak Geni.
      Hari Ngembak Geni jatuh sehari setelah Hari Raya Nyepi sebagai hari berakhirnya brata Nyepi.
      Hari ini dapat dipergunakan melaksanakan dharma santi baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.

  4. Brata hari raya Nyepi.
    Sesuai dengan hakekat hari raya Nyepi tersebut di atas, maka umat Hindu wajib melakukan tapa, yoga, dan semadi. Brata tersebut didukung dengan catur brata Nyepi, sebagai berikut :
    1. Amati Geni, tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.
    2. Amati karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja jasmani melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani.
    3. Amati lelungaan, yaitu tidak bepergian melainkan melakukan mawas diri.
    4. Amati lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sanghyang Widhi.

    Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari "Prabrata" fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya (24 jam).

  5. Dharma Santi.
    1. Lingkungan keluarga.
      Dharma Santi dapat dilakukan berupa kunjung mengunjungi dalam keluarga dalam usaha menyampaikan ucapan selamat tahun baru dan terbinanya kerukunan dan perdamaian. Pelaksanaan dharma santi ini dapat dilaksanakan pada hari Ngembak Geni dan beberapa hari sesudah itu.
    2. Masyarakat.
      Dharma santi dengan lingkungan masyarakat hendaknya dilakukan dengan: Dharma wacana, dharma gita (lagu- lagu keagamaan/ kidung, kekawin, pembacaan sloka, dharma tula (diskusi) persembahyangan, pentas seni yang bernafaskan keagamaan, serta memberikan "punia" kepada yang patut menerimanya,

Hari Suci NYEPI

Hari Raya Nyepi adalah hari pergantian tahun Saka (Isakawarsa) yang dirayakan setiap satu tahun sekali yang jatuh pada sehari sesudah tileming kesanga pada tanggal 1 sasih Kedasa.

Kegiatan dalam menyambut Hari Raya Nyepi ini ada dua macam yaitu:

1Sehari sebelum hari raya Nyepi, tepat pada bulan mati (tilem) melaksanakan upacara Bhuta Yadnya (mecaru).
2Pada hari raya Nyepi yaitu awal tahun baru Saka yang jatuh pada tanggal 1 sasih Kedasa dilaksanakan upacara Yoga Samadhi.

Ada empat berata pantangan yang wajib diikuti pada saat hari raya Nyepi, disebut Catur Berata Penyepian, yaitu:
1Amati Geniberpantang menyalakan api
2Amati Karyamenghentikan aktivitas kerja
3Amati Lelanguanberpantang menghibur diri / menghentikan kesenangan
4Amati Lelunganberpantang bepergian

Dalam kesenyapan hari suci Nyepi ini kita mengadakan mawas diri, menyatukan pikiran, serta menyatukan cipta, rasa, dan karsa, menuju penemuan hakikat keberadaan diri kita dan inti sari kehidupan semesta. Keesokan harinya yaitu hari raya Ngembak Geni, segenap isi rumah keluar pekarangan dan bermaaf-maafan dengan tetangga dan handai tolan yang ditemui, dalam suasana batin yang telah bersih dan dipenuhi kebijaksanaan.

Hari Raya Galungan (Budha Kliwon Dungulan)



















Sejarah Hari Raya Galungan masih merupakan misteri. Dengan mempelajari pustaka-pustaka, di antaranya Panji Amalat Rasmi (Jaman Jenggala) pada abad ke XI di Jawa Timur, Galungan itu sudah dirayakan. Dalam Pararaton jaman akhir kerajaan Majapahit pada abad ke XVI, perayaan semacam ini juga sudah diadakan.
Menurut arti bahasa, Galungan itu berarti peperangan. Dalam bahasa Sunda terdapat kata Galungan yang berarti berperang.

Parisadha Hindu Dharma menyimpulkan, bahwa upacara Galungan mempunyai arti Pawedalan Jagatatau Oton Gumi. Tidak berarti bahwa Gumi/ Jagad ini lahir pada hari Budha Keliwon Dungulan. Melainkan hari itulah yang ditetapkan agar umat Hindu di Bali menghaturkan maha suksemaning idepnya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi atas terciptanya dunia serta segala isinya. Pada hari itulah umatangayubagia, bersyukur atas karunia Ida Sanghyang Widhi Wasa yang telah berkenan menciptakan segala-galanya di dunia ini.

Ngaturang maha suksmaning idép, angayubagia adalah suatu pertanda jiwa yang sadar akan Kinasihan, tahu akan hutang budi.

Yang terpenting, dalam pelaksanaan upakara pada hari-hari raya itu adalah sikap batin. Mengenai bebanten tidak kami tuliskan secara lengkap dan terinci. Hanya ditulis yang pokok-pokok saja menurut apa yang umum dilakukan oleh umat. Namun sekali lagi, yang terpenting adalah kesungguhan niat dalam batin.

Dalam rangkaian peringatan Galungan, pustaka-pustaka mengajarkan bahwa sejak Redite Pahing Dungulan kita didatangi oleh Kala-tiganing Galungan. Sang Kala Tiga ialah Sang Bhuta Galungan, SangBhuta Dungulan dan Sang Bhuta Amangkurat. Disebutkan dalam pustaka-pustaka itu: mereka adalah simbul angkara (keletehan). Jadi dalam hal ini umat berperang, bukanlah melawan musuh berbentuk fisik, tetapi kala keletehan dan adharma. Berjuang, berperang antara dharma untuk mengalahkanadharma. Menilik nama-nama itu, dapatlah kiranya diartikan sebagai berikut:

  1. Hari pertama = Sang Bhuta Galungan.
    Galungan berarti berperang/ bertempur. Berdasarkan ini, boleh kita artikan bahwa pada hari
    Redite Pahing Dungulan kita baru kedatangan bhuta (kala) yang menyerang (kita baru sekedar diserang).
  2. Hari kedua = Sang Bhuta Dungulan.
    Ia mengunjungi kita pada hari
    Soma Pon Dungulan keesokan harinya. Kata Dungulan berarti menundukkan/ mengalahkan.
  3. Hari ketiga = Sang Bhuta Amangkurat
    Hari
    Anggara Wage Dungulan kita dijelang oleh Sang Bhuta Amangkurat. Amangkurat sama dengan menguasai dunia. Dimaksudkan menguasai dunia besar (Bhuwana Agung), dan dunia kecil ialah badan kita sendiri (Bhuwana Alit).

Pendeknya, mula-mula kita diserang, kemudian ditundukkan, dan akhirnya dikuasai. Ini yang akan terjadi,keletehan benar-benar akan menguasai kita, bila kita pasif saja kepada serangan-serangan itu. Dalam hubungan inilah Sundari-Gama mengajarkan agar pada hari-hari ini umat den prayitna anjekung jnana nirmala, lamakane den kasurupan. Hendaklah umat meneguhkan hati agar jangan sampai terpengaruh oleh bhuta-bhuta (keletehan-keletehan) hati tersebut. Inilah hakikat Abhya-Kala (mabiakala) danmetetebasan yang dilakukan pada hari Penampahan itu.

Menurut Pustaka (lontar) Djayakasunu, pada hari Galungan itu Ida Sanghyang Widhi menurunkan anugrah berupa kekuatan iman, dan kesucian batin untuk memenangkan dharma melawan adharma. Menghilangkan keletehan dari hati kita masing-masing. Memperhatikan makna Hari Raya Galungan itu, maka patutlah pada waktu-waktu itu, umat bergembira dan bersuka ria. Gembira dengan penuh rasaParama Suksma, rasa terimakasih, atas anugrah Hyang Widhi. Gembira atas anugrah tersebut, gembira pula karena Bhatara-bhatara, jiwa suci leluhur, sejak dari sugi manek turun dan berada di tengah-tengah pratisentana sampai dengan Kuningan.

Penjor terpancang di muka rumah dengan megah dan indahnya. Ia adalah lambang pengayat ke Gunung Agung, penghormatan ke hadirat Ida Sanghyang Widhi. Janganlah penjor itu dibuat hanya sebagai hiasan semata-mata. Lebih-lebih pada hari raya Galungan, karena penjor adalah suatu lambang yang penuh arti. Pada penjor digantungkan hasil-hasil pertanian seperti: padi, jagung, kelapa, jajanan dan lain-lain, juga barang-barang sandang (secarik kain) dan uang. Ini mempunyai arti: Penggugah hati umat, sebagai momentum untuk membangunkan rasa pada manusia, bahwa segala yang pokok bagi hidupnya adalah anugrah Hyang Widhi. Semua yang kita pergunakan adalah karuniaNya, yang dilimpahkannya kepada kita semua karena cinta kasihNya. Marilah kita bersama hangayu bagia, menghaturkan rasaParama suksma.
Kita bergembira dan bersukacita menerima anugrah-anugrah itu, baik yang berupa material yang diperlukan bagi kehidupan, maupun yang dilimpahkan berupa kekuatan iman dan kesucian batin. Dalam mewujudkan kegembiraan itu janganlah dibiasakan cara-cara yang keluar dan menyimpang dari kegembiraan yang berdasarkan jiwa keagamaan. Mewujudkan kegembiraan dengan judi, mabuk, atau pengumbaran indria dilarang agama. Bergembiralah dalam batas-batas kesusilaan (kesusilaan sosial dan kesusilaan agama) misalnya mengadakan pertunjukkan kesenian, malam sastra,
mapepawosan, olahraga dan lain-lainnya. Hendaklah kita berani merombak kesalahan-kesalahan/ kekeliruan-kekeliruandrsta lama yang nyata-nyata tidak sesuai atau bertentangan dengan ajaran susila. Agama disesuaikan dengan desa, kala dan patra. Selanjutnya oleh umat Hindu di Bali dilakukan persernbahyangan bersama-sama ke semua tempat persembahyangan, misalnya: di sanggah/ pemerajan, di pura-pura seperti pura-pura Kahyangan Tiga dan lain-lainnya. Sedangkan oleh para spiritualis, Hari Raya Galungan ini dirayakan dengan dharana, dyana dan yoga semadhi.

Persembahan dihaturkan ke hadapan Ida Sanghyang Widhi dan kepada semua dewa-dewa dan dilakukan di sanggah parhyangan, di atas tempat tidur, di halaman, di lumbung, di dapur, di tugu (tumbal), di bangunan-bangunan rumah dan lain-lain.
Seterusnya di
Kahyangan Tiga, di Pengulun Setra (Prajapati), kepada Dewi Laut (Samudera) Dewa Hutan (Wana Giri) di perabot-perabot / alat-alat rumah tangga dan sebagainya.

Widhi-widhananya untuk di Sanggah/ parhyangan ialah: Tumpeng penyajaan, wewakulan, canang raka, sedah woh, penek ajuman, kernbang payas serta wangi-wangian dan pesucian. Untuk di persembahyangan (piasan) dihaturkan tumpeng pengambean, jerimpen, pajegan serta dengan pelengkapnya. Lauk pauknya sesate babi dan daging goreng, daging itik atau ayarn, dibuat rawon dan sebagainya. Sesudah selesai menghaturkan upacara dan upakara tersebut kemudian kita menghaturkansegehan tandingan sebagaimana biasanya, untuk pelaba-pelaba kepada Sang Para Bhuta Galungan, sehingga karena gembiranya mereka lupa dengan kewajiban- kewajibannya mengganggu dan menggoda ketentraman batin manusia.
Demikianlah hendaknya Hari Raya Galungan berlaku dengan aman dan diliputi oleh suasana suci hening, mengsyukuri limpahan kemurahan Ida Sanghyang Widhi untuk keselamatan manusia dan seisi dunia. Pada hari
Saniscara Keliwon Wuku Kuningan (hari raya atau Tumpek Kuningan), Ida Sanghyang Widhi para Dewa dan Pitara-pitara turun lagi ke dunia untuk melimpahkan karuniaNya berupa kebutuhan pokok tersebut.
Pada hari itu dibuat nasi kuning, lambang kemakmuran dan dihaturkan sesajen-sesajen sebagai tanda terimakasih dan
suksmaning idep kita sebagai manusia (umat) menerima anugrah dari Hyang Widhi berupa bahan-bahan sandang dan pangan yang semuanya itu dilimpahkan oleh beliau kepada umatNya atas dasar cinta-kasihnya. Di dalam tebog atau selanggi yang berisi nasi kuning tersebut dipancangkan sebuah wayang-wayangan (malaekat) yang melimpahkan anugrah kemakmuran kepada kita semua.
Demikian secara singkat keterangan-keterangan dalam merayakan hari Raya Galungan dan Kuningan dalam pelaksanaan dari segi batin.

Kesimpulan:

  • Dalam menyambut dan merayakan hari-hari raya itu, bergembiralah atas anugrah Hyang Widhi dalam batas-batas kesusilaan agama dan keprihatinan bangsa.
  • Terangkan hati, agar menjadi Çura, Dira dan Deraka (berani, kokoh dan kuat), dalam menghadapi hidup di dunia.
  • Hemat dan sederhanalah dalam mempergunakan biaya.
  • Terakhir dan bahkan yang terpenting ialah mohon anugrah Hyang Widhi dengan ketulusan hati.

Om, sampurna ya nama swaha.
Om, sukham bhawantu.